Definisi Cerebral Palsy
Cerebral palsy (CP) adalah kelainan dari fungsi motor (berlawanan dengan fungsi mental) dan postural tone yang didapat pada umur yang dini, bahkan sebelum kelahiran. Tanda-tanda dan gejala-gejala dari cerebral palsy biasanya menunjukan diri pada tahun pertama kehidupan.Kelainan pada sistim motor ini adalah akibat dari luka-luka otak yang tidak progresif. Sistim motor tubuh menyediakan kemampuan untuk bergerak dan mengontrol gerakan-gerakan. Luka otak adalah segala kelainan dari struktur atau fungsi otak. "Tidak progresif" berarti bahwa luka tidak menghasilkan degenerasi otak yang terus menerus (berkelanjutan). Ia juga menyiratkan bahwa luka otak adalah akibat dari luka otak satu kali, yang tidak akan terjadi lagi. Apapun kerusakan otak yang terjadi pada saat luka adalah tingkat kerusakan untuk sisa kehidupan anak .
Cerebral palsy mempengaruhi kira-kira satu sampai tiga dari setiap seribu anak-anak yang dilahirkan. Bagaimanapun, ia adalah lebih tinggi pada bayi-bayi yang dilahirkan dengan berat badan yang sangat rendah dan bayi-bayi prematur.
Dengan menarik, metode-metode perawatan yang baru yang berakibat pada angka kelangsungan hidup yang meningkat dari bayi-bayi dengan berat badan waktu lahir yang rendah dan prematur sebenarnya berakibat pada jumlah keseluruhan yang meningkat dari anak-anak dengan cerebral palsy. Teknologi-teknologi baru, bagaimanapun, tidak merubah angka dari cerebral palsy pada anak-anak yang dilahirkan dengan masa penuh dan berat badan yang normal.
Penyebab Cerebral Palsy
Istilah cerebral palsy tidak mengindikasikan penyebab atau prognosis dari anak dengan cerebral palsy. Ada banyak penyebab-penyebab yang mungkin dari cerebral palsy.Pada bayi-bayi dengan masa penuh penyebab dari cerebral palsy biasanya adalah prenatal (sebelum kelahiran) dan tidak berhubungan dengan pada kejadian-kejadian pada saat kelahiran; pada kebanyakan kejadian-kejadian ia berhubungan dengan kejadian-kejadian yang terjadi selama kehamilan ketika fetus sedang berkembang didalam kandungan ibu.
Kelahiran prematur adalah faktor risiko untuk cerebral palsy. Otak premature berada pada risiko perdarahan yang tinggi, dan ketika cukup parah, ia dapat berakibat pada cerebral palsy. Anak-anak yang dilahirkan prematur dapat juga mengembangkan keadaan pernapasan menyusahkan yang serius yang disebabkan oleh paru-paru yang belum dewasa dan berkembang dengan buruk. Ini dapat menjurus pada periode-periode dari oksigen yang berkurang yang diantarkan ke otak yang mungkin berakibat pada cerebral palsy. Proses otak yang dimengeti dengan buruk yang diamati pada beberapa bayi-bayi prematur disebut periventricular leukomalacia. Ini adalah penyakit dimana lubang-lubang terbentuk pada bahan putih dari otak bayi prematur. Bahan putih adalah perlu untuk pemrosesan yang normal dari sinyal-sinyal yang dipancarkan keseluruh otak, dan dari otak ke seluruh tubuh.
Kelainan-kelainan bahan putih diamati pada banyak kasus-kasus dari cerebral palsy. Meskipun demikian, adalah penting untuk mengenali bahwa mayoritas yang besar dari bayi-bayi prematur, bahkan yang dilahirkan sangat prematur, tidak menderita cerebral palsy. Banyak kemajuan-kemajuan pada bidang neonatology (perawatan dan studi dari persoalan-persoalan yang mempengaruhi bayi-bayi yang baru dilahirkan) yang telah meningkatkan kelangsungan hidup dari bayi-bayi yang sangat prematur.
Penyebab-penyebab penting lainnya dari cerebral palsy termasuk kecelakaan-kecelakaan dari perkembangan otak, penyakit-penyakit genetik, stroke yang disebabkan oloeh pembuluh-pembuluh darah yang abnormal atau gumpalan-gumpalan darah, atau infeksi-infeksi dari otak.
Meskipun secara luas dipercayai bahwa penyebab yang paling umum dari cerebral palsy adalah kekurangan oksigen ke otak selama kelahiran (birth asphyxia), ia sebenarnya adalah penyebab yang sangat jarang dari cerebral palsy. Jika cerebral palsy adalah akibat dari birth asphyxia, bayi hampir selalu menderita neonatal encephalopathy yang parah dengan gejala-gejala selama beberapa hari pertama kehidupannya. Gejala-gejala ini termasuk:
- serangan-serangan,
- keiritasian,
- kerlipan-kerlipan,
- persoalan-persoalan memberi makan dan pernapasan,
- kelesuan, dan
- koma tergantung pada keparahan.
Penyiksaan anak selama masa kanak-kanak dapat menyebabkan kerusakan otak yang signifikan dimana, pada gilirannya, dapat menjurus pada cerebral palsy. Penykisaan ini seringkali mengambil bentuk dari guncangan yang parah dari orangtua atau perawat yang frustrasi, yang menyebabkan hemorrhage (perdarahan) didalam atau tepat diluar otak. Untuk menambah persoalan lebih jauh, banyak anak-anak dengan kelainan-kelainan perkembangan berisiko untuk disiksa. Jadi, anak dengan cerebral palsy mungkin diperburuk secara signifikan atau bahkan dibunuh dengan kejadian tunggal dari penyiksaan.
Meskipun dengan keberagaman dari penyebab-penyebab cerebral palsy, banyak kasus-kasus menetap tanpa penyebab yang jelas. Bagaimanapun, kemampuan yang meningkat untuk melihat struktur otak dengan magnetic resonance imaging (MRI) dan CT scans serta kemampuan-kemampuan diagnostik yang diperbaiki untuk penyakit-penyakit genetik telah membuat jumlah dari kasus-kasus semacam ini jauh lebih rendah.
Tipe-Tipe Dari Cerebral Palsy
Berdasarkan pada bentuk dari gangguan motor, cerebral palsy dapat dibagi kedalam tipe-tipe:- spastic cerebral palsy,
- choreoathetoid cerebral palsy, and
- hypotonic cerebral palsy.
Definisi Spastic Cerebral Palsy
Spastic cerebral palsy merujuk pada kondisi dimana tone otot meningkat, menyebabkan postur yang kaku pada satu atau lebih anggota-anggota tubuh [lengan(-lengan) atau tungkai(-tungkai)]. Kekakuan ini dapat diatasi dengan beberapa tenaga, akhirnya memberikan jalan secara sepenuhnya dan tiba-tiba -- sangat mirip dengan pisau lipat yang dikenal. Kekejangan menjurus pada keterbatasan penggunaan dari anggota tubuh yang terlibat, sebagian besar disebabkan oleh ketidakmampuan untuk mengkoordinasi gerakan-gerakan. Seringkali kekejangan terjadi pada satu sisi tubuh (hemiparesis), namun ia juga dapat mempengaruhi keempat anggota-anggota tubuh (quadriparesis) atau dibatasi pada kedua tungkai-tungkai (spastic diplegia). Jika kondisi terjadi pada kedua tungkai-tungkai, orang itu seringkali mempunyai postur gunting, dimana tungkai-tungkai meluas dan menyilang.Diluar tone otot yang meningkat ada juga refleks-refleks tendon dalam yang meningkat, koordinasi motor yang halus dan kasar yang terganggu, kelemahan otot, dan kelelahan diantara persoalan-persoalan lain.
Kekejangan seringkali adalah akibat dari kerusakan pada bahan putih otak, namun ia juga dapat disebabkan oleh kerusakan pada bahan abu-abu.
Derajat kekejangan dapat bervariasi, mencakup dari ringan sampai parah. Anak-anak yang dipengaruhi secara ringan mungkin mengalami sedikit keterbatasan-keterbatasan dari fungsi mereka sementara anak-anak yang dipengaruhi secara parah mungkin mempunyai sedikit penggunaan sampai penggunaan tidak berarti dari anggota-anggota tubuh yang terpengaruh. Kekejangan, jika tidak dirawat secara benar, dapat berakibat pada contractures, yang adalah keterbatasan-keterbatasan yang permanen pada kemampuan dari gerakan sendi. Contractures dapat menjadi keterbatasan yang sangat besar pada perawatan dari anak-anak dengan cerebral palsy. Kekejangan (spasticity) dapat juga sangat menyakitkan, yang memerlukan obat untuk mengendurkan tone otot.
Proses-proses dasar yang sama yang mempengaruhi kekejangan dari anggota-anggota tubuh dapat juga berakibat pada kelainan-kelainan dari gerakan dan tone otot pada sistim-sistim tubuh yang lain. Pada otot-otot dari kepala dan muka, contohnya, cerebral palsy dapat secara besar membatasi koordinasi dan produksi kemampuan bicara, bahkan jika anak itu secara sempurna mampu mengerti pembicaraan. Juga ada keterbatasan-keterbatasan dari mengunyah, menelan, dan gerakan-gerakan muka dan mata. Gejala-gejala ini dapat terutama mengganggu untuk anak-anak yang terpengaruh dan keluarga-keluarga mereka.
Banyak pasien-pasien dengan spastic cerebral palsy tidak dapat mengontrol pengeluaran urin mereka. Ketidakmampuan ini bukan disebabkan oleh persoalan-persoalan pada pemikiran namun disebabkan oleh refleks-refleks yang meningkat dari kantong kemih. Ketika kantong kemih terisi pada anak-anak ini, ia seperti mengetuk padanya dengan martil (palu) refleks, jadi membuatnya berkontraksi dengan penuh semangat daripada normal dan menyebabkan tumpahnya urin. Incontinence (tidak dapat menahan kencing) ini dapat sangat memalukan, terutama pada anak yang secara kognitif utuh.
Definisi Choreoathetoid Cerebral Palsy
Choreoathetoid cerebral palsy berhubungan dengan gerakan-erakan yang abnormal, tidak terkontrol, menggeliat dari lengan-lengan dan/atau tungkai-tungkai. Berbeda dari spastic cerebral palsy, orang-orang dengan choreoathetoid cerebral palsy mempunyai beragam tone otot seringkali dengan tone otot yang berkurang (hypotonia). Contractures dari anggota-anggota tubuh adalah kurang umum. Gerakan-gerakan yang abnormal diaktifkan oleh stres, serta oleh reaksi-reaksi emosi yang normal seperti tertawa. Segala usaha untuk melakukan gerakan-gerakan yang sukarela, misalnya menjulurkan lengan dalam usaha untuk menjangkau obyek mungkin berakibat pada banyak gerakan-gerakan yang tidak sukarela pada lengan-lengan, tungkai-tungkai, batang tubuh, dan bahkan muka. Ada tipe-tipe yang berbeda dari gerakan-gerakan yang abnormal. Dua dari yang paling umum adalah penyakit gerakan choreoathetotic dengan kontraksi-kontraksi yang cepat, tidak teratur, tidak dapat diprediksi dari individu atau kelompok-kelompok otot kecil dan dystonia dengan postur abnormal yang gigih namun tidak permanen dari beberapa bagian-bagian tubuh (lengan-lengan, tungkai-tungkai, batang tubuh) yag disebabkan oleh kontraksi-kontraksi otot yang abnormal. Penyakit dystonic juga mempengaruhi otot dari ekspresi (ungkapan) muka, menelan, deglutition dan kemampuan bicara, berakibat pada kekurangan-kekurangan fungsional yang parah.Gerakan-gerakan ini dapat menjadi cukup melemahkan dan sangat besar membatasi kemampuan anak untuk banyak tugas-tugas motor. Lebih jauh, gerakan-gerakan adalah serupa pada latihan yang konstan, dengan demikian menyebabkan anak yang terpengaruh untuk me-metabolisme jumlah yang besar dari kalori-kalori. Choreoathetoid cerebral palsy seringkali berhubungan dengan kerusakan pada sturktur-struktur otak yang khusus yang terlibat dalam kontrol gerakan -- basal ganglia. Seperti spastic cerebral palsy, derajat dari keparahan gejala seringkali bervariasi, dari yang dipengaruhi dengan ringan sampai dengan yang parah.
Definisi Hypotonic Cerebral Palsy
Hypotonia adalah tone otot yang berkurang. Bayi atau anak dengan hypotonic cerebral palsy nampak terkulai -- seperti rag doll (boneka-boneka dari potongan-potongan kain). Pada masa kanak-kanak dini, hypotonia dapat dengan mudah terlihat oleh ketidakmampuan dari bayi untuk memperoleh segala kontrol kepala ketika ditarik oleh lengan-lengan ke posisi duduk (gejala ini seringkali dirujuk sebagai kepala yang ketinggalan). Anak-anak dengan hypotonias yang parah mungkin mempunyai kesulitan yang paling besar dari semua anak-anak dengan cerebral palsy dalam mencapai tonggak-tonggak ketrampilan motor dan perkembangan kognitif yang normal.Hypotonic cerebral palsy seringkali adalah akibat dari kerusakan otak yang parah atau bentuk-bentuk cacad. Dipercayai bahwa hypotonic cerebral palsy adalah akibat dari luka atau bentuk cacad pada tingkat perkembangan otak dini yang menyebabkan spastic atau choreoathetoid cerebral palsy.
Hypotonia pada masa kanak-kanak adalah penemuan yang umum pada banyak kondisi-kondisi neurological, yang mencakup dari kelainan-kelainan yang sangat ringan sampai penyakit-penyakit neurodegeneratif atau otot yang parah atau bahkan fatal. Adalah penting untuk mencatat bahwa banyak anak-anak dengan spastic cerebral palsy melewati keadaan yang singkat dari menjadi sedikit banyak hypotonic pada kehidupan awalnya, sebelum menghadirkan sindrom sepenuhnya.
Definisi Cerebral Palsy Campuran
Banyak (kemungkinan kebanyakan) anak-anak dengan cerebral palsy mempunyai banyak gejala-gejala dengan kombinasi-kombinasi dari beragam bentuk-bentuk dari cerebral palsy. Contohnya, anak-anak dengan spastic cerebral palsy sering berlanjut mempunyai head lag (kepala yang ketinggalan), yang adalah wakil dari hypotonia. Anak-anak dengan choreoathetoid atau hypotonic cerebral palsy seringkali mempunyai refleks-refleks tendon dalam yang meningkat, yang menyarankan beberapa kekejangan (spasticity).Kondisi-Kondisi Lain Yang Berhubungan Dengan Cerebral Palsy
Karena cerebral palsy adalah indikasi dari kerusakan pada atau malfungsi dari otak, adalah masuk akal bahwa gejala-gejala lain yang berhubungan dengan disfungsi otak dapat hadir pada anak-anak yang terpengaruh dengan cerebral palsy. Kenyataannya penyakit-penyakit lain, selain disfungsi-disfungsi motor yang telah digambarkan, adalah hampir selalu terlihat pada pasien-pasien ini. Beberapa dari mereka seperti kemampuan bicara yang buruk, penyakit-penyakit menelan, mengeluarkan air liur, dan koordinasi motor halus atau kaar yang buruk adalah akibat dari penyakit motor yang mempengaruhi otot-otot yang spesifik yang terlibat pada fungsi-fungsi itu. Kondisi-kondisi lain adalah hasil-hasil dari luka-luka yang bersamaan pada area-area dari otak selain area-area motor.Ketidakmampuan-ketidakmampian kognitif, adakalanya dirujuk sebagai penundaan perkembangan, seringkali dihubungkan dengan cerebral palsy. Sampai dengan 50% dari pasien-pasien dengan cerebral palsy mempunyai ketidakmampuan-ketidakmampian kognitif. Bagaimanapun, banyak dari anak-anak ini dapat dididik dan dipimpin ke kehidupan-kehidupan yang produktif. Adalah juga sama pentingnya untuk mencatat bahwa banyak anak-anak dengan gangguan motor yang parah yang disebabkan oleh cerebral palsy, seperti kasusnya dengan banyak anak-anak dengan bentuk choreoathetotic atau diplegic dari cerebral palsy, adalah hanya terganggu secara intelektual dengan ringan atau sama sekali tidak.
Virtually all testing of a young child's cognitive development involves some sort of motor activity on the part of the child. If a child is capable of complex thoughts, but incapable of motor activity, the observer will not be able to detect his or her mental aptitude. Therefore, one must be very careful in assigning labels to patients with cerebral palsy. Certain features, however, are more likely to be associated with significant cognitive disabilities in the patient with cerebral palsy. These include extensive damage occurring on both sides of the brain, children with spastic quadriplegia, microcephaly (small head size), a documented genetic disorder, and a documented prenatal infection.
Seizures adalah penemuan yang umum pada pasien-pasien dengan cerebral palsy. Barangkali sepertiga dari semua pasien-pasien cerebral palsy mempunyai seizures. Seizures disebabkan oleh aktivitas elektrik yang abnormal dari neuron-neuro di otak. Otak yang rusak atau cacad adalah lebih cenderung pada seizures. Lebih dari itu, ketidakmampuan kognitif seringkali dihubungkan dengan epileptic seizures.
The symptoms of seizures can vary depending on where in the brain they originate. Generalized seizures engage the entire cerebral cortex at once, while partial seizures only involve part of the cerebral cortex. Often, generalized seizures begin as partial seizures but spread throughout the brain rapidly. Generalized seizures may take the form of true convulsions ("grand mal"), in which the entire body jerks in a rhythmic fashion, or the form of absences ("petit mal"), which interrupt the patient's activities for a brief period, but does not cause a fall.
Other forms of generalized seizures can occur in the cerebral palsy patient. Atonic seizures cause the patient to slump suddenly to the ground or forward in their chair, resembling a marionette in which the puppeteer suddenly cut the strings. Tonic seizures are just the opposite and cause the entire body to suddenly stiffen. Both tonic and atonic seizures can result in drop attacks in which the patient falls to the ground, often resulting in injury.
Partial seizures may involve the jerking of the arm and leg on the same side of the body. Alternatively, they may be associated with strange sensory phenomena, such as flashing lights, or emotions, such as fear, depending on where in the brain the seizure occurs.
Kekurangan-kekurangan penglihatan seringkali terlihat. Beberapa dari mereka, contohnya, strabismus ("mata yang malas") dapat dikoreksi dengan prosedur-prosedur operasi pada otot-otot dari mata-mata. Beberapa dapat dikoreksi dengan kacamata-kacamata (yang mungkin sulit dilakukan pada anak-anak yang tidak kooperatif). Pada anak-anak yang lain kekurangan-kekurangan penglihatan adalah akibat dari luka-luka otak pada area-area otak yang berhubungan dengan penglihatan, menyumbang anak kebutaan (cortical blindness) bahkan jika mata-mata mereka sendiri adalah sangat normal. Pada saat ini tidak ada perawatan untuk memperbaiki kondisi ini.
Anak-anak dengan cerebral palsy dapat mempunyai penyakit-penyakit kemampuan bicara dari banyak tipe-tipe. Beberapa, seperti pengejaan kata yang buruk (dysarthria), adalah akibat dari gangguan dari mekanisme kemampuan bicara peripheral (koordinasi bibir-bibir, lidah, atau palate yang buruk). Pada keadaan-keadaan yang lain ada luka otak di gray matter dari otak yang mengontrol mekanisme pusat dari kemampuan bicara (aphasia).
Adalah sulit bagi anak-anak dengan cerebral palsy untuk menambah berat badan dan seringkali mempunyai pertumbuhan yang tertunda. Ini adalah akibat dari beberapa faktor-faktor termasuk penyakit-penyakit feeding, gastroesophageal reflux, dan pada beberapa kejadian-kejadian, contohnya, anak-anak dengan penyakit-penyakit choreoathetotic, konsumsi kalori yang berlebihan. Di sisi lain, obesity (kegemukan) dapat menjadi persoalan pada anak-anak dengan cerebral palsy yang mempunyai mobilitas yang terbatas.
Individuals with the choreoathetotic form of cerebral palsy might have compressed nerves or damage to the neck bones that can lead to damage to the spinal cord.
Other issues to be aware of are dental diseases, respiratory problems, urinary tract infections, osteoporosis and subsequent fractures, enuresis, encopresis, constipation.
Mengevaluasi Anak Untuk Cerebral Palsy
Most of the information leading to the diagnosis of cerebral palsy is generally obtained from a thorough medical history and examination. The most critical tasks of the healthcare provider are to identify potentially treatable causes of a child's impairment. The healthcare provider evaluating the child with possible cerebral palsy should be experienced in neurological examination and assessment of impaired children and well-versed in the potential causes of cerebral palsy. Often, but not necessarily, this practitioner should be a pediatric neurologist. Once the examination is complete, depending on the findings, the practitioner may order laboratory tests to help in the assessment.There is no single test to diagnose cerebral palsy. But since cerebral palsy is the result of multiple different causes, the tests performed are used to identify specific causes when possible. Other tests will be performed to assess the condition of the child (nutritional status for example) or to assess other concomitant conditions that the child might have.
Blood and urine tests may be used to identify some of the more common inborn errors of metabolism. Blood tests may also be used for chromosomal or other genetic studies. Brain imaging studies can also be used to detect structural changes in the brain. The most sensitive brain imaging study is the MRI examination. Nuclear medicine neuroimaging studies such as SPECT or PET have no place in the initial evaluation of a child with cerebral palsy, but may prove very useful in the assessment of selected candidates.
Despite all of these tests, it may not be possible to answer some of the burning questions in the mind of a parent of a neurologically impaired infant, such as "Why does my child have cerebral palsy?" or "Will my child be normal?" This is particularly true if a specific diagnosis is not reached and the child is under one year of age. Some severely impaired young infants can grow up to be independent, productive members of society, while other children, seemingly less impaired, may require care throughout their lives.
Once the diagnostic evaluation is complete, further testing may be needed in order to define the specific needs of any individual child. For example, if seizures are present or suspected, an EEG (electroencephalogram) is performed. However, this test is not needed if there are no signs of epilepsy.
Merawat Cerebral Palsy
Most of the causes of cerebral palsy do not have specific, curative treatments. However, children with cerebral palsy present many medical problems that can be treated or prevented. The initial stage of treatment involves an interdisciplinary team, consisting of a pediatrician, preferable one with experience in neurodevelopmental disorders, a neurologist (or other neurological practitioner), a mental health practitioner, an orthopedic surgeon, a physical therapist, a speech therapist, and a occupational therapist. Each member of the team has important, independent contributions to make in the care of the affected child.- The physical therapist evaluates muscle tone, strength and gait (walking).
- The occupational therapist reviews the child's ability to perform tasks of self-help and care -- from feeding to manual dexterity.
- The speech therapist evaluates the child's ability to speak and understand speech.
Virtually all states have federally-mandated programs for the assessment and treatment of children with cerebral palsy and other developmental conditions. In many states, these programs are termed "Regional Centers" and can be found in local phone books. Also Children's Hospitals usually have special clinics with experience with children with cerebral palsy. Furthermore, when a child reaches the age of 3 years, the school district may become formally involved in the review of at-risk children. These programs protect children up to the age of 21 years.
At the present time there is a vacuum in the provision of medical care for adults (young and old) with cerebral palsy living in the community settings. There are a limited number of services in adult hospitals geared to the treatment of adults with cerebral palsy or developmental disabilities.
Rencana-Rencana Perawatan Spesifik Untuk Cerebral Palsy
After the initial evaluation, specific treatment plans are outlined for each child:Pengobatan Seizure
If the child has seizures, the treatment is based on the type and frequency of the seizures. Complete seizure control can often be achieved using a single medication, but some children with cerebral palsy have particularly difficult-to-control seizures. Medication can have side effects affecting the brain, ranging from sedation to hyperactivity. They can also affect liver function, white and red blood cells, and bone metabolism. Side effects are usually not harmful and resolve when the offending medication is discontinued. The goal of the treating physician should be for the child to become seizure free with few or no side effects. It must be noted that it is of no benefit to the child to be seizure-free but significantly impaired by medication side effects.Medications for spasticity: The treatment of spasticity can involve multiple health professionals. Treatments involve the use of medications and surgical procedures to decrease the spasticity, facilitate movement, and prevent contractions. Among the most commonly medications are dantrolene sodium (Dantrium) and diazepam (Valium). Diazepam is both a muscle relaxant and a sedative. Baclofen (Lioresal) can be taken by mouth or infused continuously with an implanted pump (intrathecal infusion) directly in the cerebrospinal fluid (the liquid that bathe the spinal cord and the brain). This treatment might be specifically useful for patients with spasticity in the lower legs. The most common complications with these medications are drowsiness, sleepiness, some degree of weakness. The sedative side effects of such medications often limit their usefulness. In the case of the baclofen pump the most common complication seen in small number of patients is the infection of the catheter. Additionally, a muscle relaxing agent called botulinum toxin can be injected into tight muscles to relax them. When used prudently, this procedure may prevent surgical intervention.
Operasi
Surgery for spasticity: In the case of severe muscle spasticity, surgery may be a valuable option. Tendon release procedures, usually performed by an orthopedic surgeon, allow improved range of motion in some cases. Such procedures are usually performed on the muscles of the calf or inner thigh. A less commonly used procedure, is the dorsal rhizotomy. During this operation, the surgeon cuts some of the nerve roots that send sensory information from the muscles to the spinal cord and brain. This procedure relieves some of the spasticity and thereby helps the child walk with a more normal gait. Most neurosurgeons performing dorsal rhizotomies very carefully select only those patients whom they feel may be helped by the surgery. From time to time, other surgical interventions are required in children with cerebral palsy. In very rare cases of choreoathetoid cerebral palsy, in which the writhing movements severely limit the ability of the child to function, highly selective neurosurgical techniques can curtail these movements without significantly harming other functions.Other surgical procedures
Ophthalmologists (eye specialists) can help strabismus by operating on the muscles that control the movement of the eye or to correct some other complications such as cataracts.
Neurosurgeons can treat intractable seizure control. Operations such as callosotomy, hemispherectomy, focal resections of areas of abnormal brain tissue responsible for the seizures, might be indicated in some cases. An alternative procedure for the treatment of epilepsy is the vagal nerve stimulation, an implantable device, that can be useful in selected patients with difficult to control seizures.
Scoliosis, atau lengkungan/pembungkukan dari tulang belakang (spine), seringkali adalah akibat dari hypotonia yang parah. Kondisi ini dapat menciptakan ketidaknyamanan untuk pasien dan kesulitan untuk perawat-perawat dalam melakukan aktivitas-aktivitas dari kerhidupan sehari-hari. Lebih jauh, scoliosis yang parah mungkin secara nyata membatasi kemampuan pasien untuk bernapas. Beberapa prosedur-prosedur operasi tersedia di pusat-pusat khusus untuk koreksi scoliosis.
Children who are unable to take adequate calories by mouth may require the placement of a feeding gastrostomy tube (PEG tubes) directly into the stomach.
Terapi
The treatment of spasticity can involve multiple allied healthcare professionals. Physical and occupational therapists play an important role.Physical therapy: The extent of physical therapy depends on the degree of spasticity, hypotonia, and motor impairment. The main therapeutic effect of physical therapy is maintaining range of motion at the joints, thereby preventing contractures. Some scientists and therapists feel that physical therapy actually helps maintain the connections in the brain, although this is controversial. Other skills, such as improved gait, stance, and balance can be helped by physical therapy. A strong, proactive physical therapy program greatly aids in the life of a child with cerebral palsy.
Occupational therapy: Occupational therapy assists children with the skills needed for day-to-day life in school and at home, including eating, writing, and work skills. In early infancy, occupational therapists can provide assistance in feeding a child with a poor or uncoordinated sucking response.
Speech therapy: Speech and language pathologists are involved with the development and improvement of speech production. Using different techniques the speech pathologist helps to improve the quality and the quantity of the speech production. The role of these specialists is not limited to speech production alone, but they also teach the patients other communication techniques (sign language, use of communication boards) to facilitate the communication abilities.
Perawatan Medik
Medical care of children with cerebral palsy is often seriously hampered by the inability of the child to communicate his or her needs and sensations. Relatively common childhood illnesses in children with cerebral palsy, such as ear infections, urinary tract infections, and appendicitis, which are easily treatable in most children, may prove to be life-threatening due to delayed recognition on the part of caregivers and physicians. Each child with cerebral palsy should have a primary care practitioner that is experienced with the special medical needs of affected children.Because physicians have offered limited hope in curing cerebral palsy, many families have turned to alternative methods in the treatment of their children. Such therapies may include diets, herbal remedies, aromas, play with animals, and hyperbaric oxygen. The scientific evidence supporting the use of diets is inadequate. Some of them such as hyperbaric oxygen therapy, which is delivered in specialized centers, can be quite expensive and has not been scientifically proven to help children with cerebral palsy. Other remedies must be investigated on a case-by-case basis. Hopefully, the family of the affected child will be able to approach their physician regarding these alternative treatments.
Prognosis (Ramalan) Jangka Panjang Untuk Pasien-Pasien Dengan Cerebral Palsy
Jawabannya adalah kompleks. Karena cerebral palsy sebenarnya adalah set dari gejala-gejala yang berhubungan dengan keberagaman dari penyebab-penyebab, perawatan-perawatan yang potensial akan harus dibeda-bedakan. Banyak ilmuwan-ilmuwan sekarang berfokus pada penemuan-penemuan akhir-akhir ini yang menyarankan kita akan mampu untuk menggantikan sel-sel otak yang hilang atau rusak. Sementara terapi-terapi jenis ini masih belum tersedia, adalah kemungkinan besar bahwa percobaan-percobaan klinik yang nyata akan mulai dalam 5 sampai 10 tahun berikutnya.Lebih banyak kita mengetahui tentang penyebab-penyebab dari cerebral palsy, lebih banyak yang dapat kita buat untuk mencegahnya. Contohnya penggunaan dari folic acid pada wanita-wanita yang aktif secara seksual mungkin mencegah malformasi-malformasi sistim syaraf pusat yang mungkin menjurus pada cerebral palsy. Menghindari penggunaan obat-obat tertentu selama kehamilan apakah legal, seperti obat-obat yang diresepkan, alkohol atau tembakau, atau ilegal seperti cocaine dan crack, akan juga mengurangi kesempatan-kesempatan dari cerebral palsy pada anak.
Tidak dapat lebih ditekankan bahwa orang yang paling penting dalam kehidupan-kehidupan dari anak-anak dengan cerebral palsy adalah perawat mereka. Perawat, apakah orangtua atau orang lain, harus mampu untuk mengenali keperluan-keperluan anak dan menyediakan dia lingkungan yang positif dan menyayanginya. Karena kesulitan yang dipunyai banyak anak-anak dengan cerebral palsy dalam mengekspresikan keperluan-keperluan mereka, mereka berada pada risiko yang besar untuk pengabaian yang tidak disengaja dan disengaja serta perlakuan kejam anak yang jelas. Sering, perawatan anak dengan cerebral palsy dapat menjadi cukup membebankan secara emosi dan keuangan pada keluarga. Perawatan yang tepat untuk anak-anak dengan cerebral palsy, oleh karenanya, harus mempertimbangkan kesehatan mental dan dukungan keuangan untuk keluarga-keluarga dan perawat-perawatnya. Banyak program-program yang dijalankan oleh negara menyediakan pengajaran diluar rumah serta perawatan untuk kelonggaran bagi perawat-perawatnya, namun layanan-layanan ini tidak mencukupi dari apa yang sebenarnya diperlukan. Dokter-dokter dapat sangat mudah memperbaiki kehidupan-kehidupan dari pasien-pasien mereka dengan mengambil beberapa waktu ekstra untuk mendengar kekhawatiran-kekhawatiran dan harapan-harapan dari perawat-perawat dan menyediakan jawaban-jawaban yang bijaksana pada pertanyaan-pertanyaan mereka.
Kita harus mengakui bahwa banyak, dan kemungkinan kebanyakan, anak-anak dengan cerebral palsy dapat menjalankan kehidupan-kehidupan yang spenuhnya, sangat berarti, dan bahagia. Kelompok dari orangtua-orangtua, perawat-perawat, dan dokter-dokter mempunyai tanggung jawab untuk membantu anak dengan cerebral palsy mencapai tujuan ini.
Terimakasih, artikelnya sangat membantu untuk menambah pengetahuan tentang Cerebral Palsy
BalasHapus