Definisi Dyspepsia
Dyspepsia (atau, seperti yang seringkali dirujuk oleh dokter, non-ulcer dyspepsia atau dyspepsia tidak berborok) adalah satu dari penyakit-penyakit (ringan) yang paling umum dari usus-usus, mempengaruhi perkiraan dari 20% dari orang-orang di Amerika. Mungkin hanya 10% dari mereka yang terpengaruh sebenarnya mencari perhatian medis untuk dyspepsia mereka. Dyspepsia bukanlah istilah yang terlalu baik untuk penyakit ringan karena ia menyiratkan bahwa ada "dyspepsia" atau pencernaan makanan yang abnormal, dan ini kemungkinan besar adalah bukan kasusnya. Sesungguhnya, nama umum lain untuk dyspepsia adalah gangguan pencernaan (indigestion), yang, untuk sebab yang sama, adalah tidak lebih baik daripada istilah dyspepsia!
Dyspepsia digambarkan paling baik sebagai penyakit fungsional. Adakalanya ia disebut dyspepsia fungsional. Konsep dari penyakit fungsional terutama bermanfaat ketika mendiskusikan penyakit-penyakit sistim pencernaan. Konsep berlaku pada organ-organ berotot dari saluran pencernaan - kerongkongan (esophagus), lambung, usus kecil, kantong empedu, dan kolon (usus besar). Apa yang diartikan oleh istilah, fungsional, adalah bahwa salah satu dari keduanya yaitu otot-otot dari organ-organ atau syaraf-syaraf yang mengontrol organ-organ tidak bekerja secara normal, dan, sebagai akibatnya, organ-organ tidak berfungsi secara normal. Syaraf-syaraf yang mengontrol organ-organ termasuk tidak hanya syaraf-syaraf yang terletak didalam otot-otot dari organ-organ namun juga syaraf-syaraf dari sumsum tulang belakang (spinal cord) dan otak.
Beberapa penyakit-penyakit saluran pencernaan dapat dilihat dan didiagnosis dengan mata telanjang, seperti borok-borok (ulcers) dari lambung. Jadi, borok-borok dapat dilihat waktu operasi, pada x-rays, dan pada endoskopi-endoskopi. Penyakit-penyakit lain tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, namun dapat dilihat dan didiagnosis dibawah mikroskop. Contohnya, gastritis (peradangan lambung) didiagnosis dengan pemeriksaan mikroskop dari biosi-biopsi dari lambung. Berlawanan dengannya, penyakit-penyakit fungsional pencernaan (gastrointestinal) tidak dapat dilihat dengan mata telanjang atau dengan mikroskop. Pada beberapa kejadian-kejadian, fungsi yang abnormal dapat ditunjukkan dengan tes-tes (contohnya, studi-studi pengosongan lambung atau studi-studi antro-duodenal motility). Bagaimanapun, tes-tes seringkali adalah kompleks, dan tidak tersedia secara luas, dan tidak secara dipercaya mendeteksi kelainan-kelainan fungsional. Sesuai dengan itu, dan pada dasarnya, penyakit-penyakit fungsional pencernaan adalah yang melibatkan fungsi yang abnormal dari organ-organ pencernaan dimana kelainan-kelainan tidak dapat dilihat pada organ-organ dengan mata telanjang atau mikroskop.
Adakalanya, penyakit-penyakit yang diperkirakan adalah fungsional akhirnya ditemukan berhubungan dengan kelainan-kelainan yang dapat dilihat. Kemudian, penyakit keluar dari katagori fungsional. Contoh dari ini adalah infeksi Helicobacter pylori dari lambung. Beberapa pasien-pasien dengan gejala-gejala pencernaan bagian atas yang ringan yang diperkirakan mempunyai fungsi abnormal dari lambung atau usus telah ditemukan mempunyai lambung-lambung yang terinfeksi dengan Helicobacter pylori. Infeksi ini dapat didiagnosis dibawah mikroskop dengan mengidentifikasi bakteri. Ketika pasien-pasien dirawat dengan antibiotik-antibiotik, Helicobacter dan gejala-gejala hilang. Jadi, pengakuan infeksi-infeksi dengan Helicobacter pylori telah mengeluarkan beberapa penyakit-penyakit pasien dari katagori fungsional.
Perbedaan antara penyakit fungsional dan penyakit bukan fungsional mungkin sesungguhnya adalah kabur. Jadi, bahkan penyakit-penyakit fungsional mempunyai kelainan-kelainan biokimia atau molekul yang berkaitan yang akhirnya akan mampu diukur. Contohnya, penyakit-penyakit fungsional dari lambung dan usus kecil mungkin dapat ditunjukan akhirnya berkaitan dengan tingkat-tingkat bahan-bahan kimia normal yang meningkat atau berkurang didalam organ-organ pencernaan, sumsum tulang belakang, atau otak. Haruskah penyakit yang ditunjukan disebabkan oleh pengurangan atau peningkatan bahan kimia tetap dipertimbangkan sebagai penyakit fungsional? Saya rasa tidak. Pada situasi teoritis ini, kita tidak dapat melihat kelainan dengan mata telanjang atau mikroskop, namun kita dapat mengukurnya. Jika kita dapat mengukur kelainan yang berkaitan atau yang menyebabkannya, penyakit mungkin seharusnya tidak lagi dipertimbangkan sebagai fungsional.
Meskipun ada kekurangan-kekurangan dari istilah, fungsional, konsep dari kelainan fungsional adalah bermanfaat untuk pendekatan dari banyak gejala-gejala yang berasal dari organ-organ sistim pencernaan yang berotot. Untuk mengulangi, konsep ini berlaku pada gejala-gejala yang mana tidak ada kelainan-kelainan yang berkaitan yang dapat dilihat dengan mata telanjang atau mikroskop.
Ketika dyspepsia adalah penyakit fungsional utama, adalah penting untuk menyebutkan beberapa penyakit-penyakit fungsional lain. Penyakit fungsional utama kedua adalah sindrom iritasi usus (irritable bowel syndrome atau IBS). Gejala-gejala dari IBS diperkirakan berasal terutama dari usus kecil dan kolon (usus besar). Gejala-gejala dari IBS termasuk nyeri perut yang disertai dengan pergantian-pergantian dalam gerakan-gerakan usus (pembuangan air besar), terutama sembelit atau diare. Sesungguhnya, dyspepsia dan IBS mungkin adalah penyakit-penyakit yang saling tumpang tindih karena sampai dengan separuh pasien-pasien dengan IBS juga mempunyai gejala-gejala dari dyspepsia. Suatu kelainan fungsional ketiga yang jelas adalah nyeri dada non-cardiac. Nyeri ini mungkin meniru nyeri dada (angina), namun ia tidak berkaitan dengan penyakit jantung. Sesungguhnya, nyeri dada non-cardiac diperkirakan berakibat dari kelainan fungsional dari kerongkongan (esophagus).
Kelainan-kelainan fungsional dari sistim pencernaan seringkali dikategorikan oleh organ yang terlibat. Jadi, ada kelainan-kelainan fungsional dari kerongkongan (esophagus), lambung, usus kecil, usus besar (kolon), dan kantong empedu. Jumlah penelitian yang telah dilakukan dengan kelainan-kelainan fungsonal adalah yang paling besar pada kerongkongan (esophagus) dan lambung (contohnya, nyeri dada non-cardiac, dyspepsia), mungkin karena organ-organ ini lebih mudah dicapai dan dipelajari. Penelitian kedalam kelainan-kelainan fungsional yang mempengaruhi usus kecil dan kolon (IBS) adalah lebih sulit untuk dilaksanakan dan ada lebih sedikit persetujuan diantara studi-studi penelitian. Ini mungkin adalah refleksi dari keruwetan (kompleksitas) dari aktivitas-aktivitas usus kecil dan kolon dan kesulitan dalam mempelajari aktivitas-aktivitas ini. Penyakit-penyakit fungsional dari kantong empedu (dirujuk sebagai biliary dyskinesia), seperti yang dari usus kecil dan usus besar (kolon), juga adalah sulit untuk dipelajari dan pada saat ini mereka lebih kurang baik terdefinisi. Setiap dari penyakit-penyakit fungsional dikaitkan dengan kumpulan (set) gejala-gejala karakteristiknya sendiri.
Gejala-Gejala Dyspepsia
Kita biasanya berpikir gejala-gejala dyspepsia sebagai berasal dari sistim pencernaan bagian atas, terutama lambung dan bagian pertama dari usus kecil. Gejala-gejala ini termasuk nyeri perut bagian atas (diatas pusar), bersendawa, mual (dengan atau tanpa muntah), kembung perut (perasaan perut yang penuh tanpa penggelembungan yang obyektif), cepat kenyang (perasaan kenyang setelah jumlah makan yang sangat kecil), dan, mungkin, penggelembungan perut (pembengkakan). Gejala-gejala kebanyakan dibangkitkan (diprovokasi) oleh makan, yang adalah waktu ketika banyak fungsi-fungsi pencernaan yang berbeda dipanggil untuk bekerja dalam konser.
Adalah tepat untuk mendiskusikan bersendawa dalam detil karena ia adalah gejala yang umumnya disalahartikan yang berkaitan dengan dyspepsia. Kemampuan untuk bersendawa adalah hampir sedunia (universal). Bersendawa adalah aksi mengeluarkan gas dari lambung melalui mulut. Penyebab umum dari bersendawa adalah penggelembungan perut yang disebabkan oleh udara atau gas yang tertelan. Penggelembungan dari lambung menyebabkan ketidakenakan perut, dan bersendawa mengeluarkan udara dan menghilangkan ketidakenakan. Sebab-sebab yang umum dari penelanan jumlah-jumlah yang besar dari udara (aerophagia) atau gas adalah menelan makanan atau minuman terlalu cepat, ketakutan, dan minuman-minuman bersoda (berkarbonat). Orang-orang seringkali tidak sadar bahwa mereka menelan udara. Lebih dari itu, jika tidak ada kelebihan udara didalam lambung, aksi bersendawa sebenarnya mungkin menyebabkan lebih banyak udara yang ditelan. "Bersendawa" bayi-bayi sewaktu menyusu dari botol atau dari ibunya adalah penting dalam rangka mengeluarkan udara didalam lambung yang telah tertelan dengan susu.
Udara yang berlebihan didalam lambung adalah bukan penyebab satu-satunya dari bersendawa. Untuk beberapa orang-orang, bersendawa menjadi suatu kebiasaan dan tidak mencerminkan jumlah udara didalam lambung-lambung mereka. Untuk yang lain-lainnya, bersendawa adalah respon pada segala tipe dari ketidakenakan perut dan tidak hanya pada ketidakenakan yang disebabkan oleh gas yang meningkat. Setiap orang mengetahui bahwa ketika mereka mempunyai ketidakenakan perut yang ringan, bersendawa seringkali menghilangkan persoalan. Ini karena kelebihan udara didalam lambung seringkali adalah penyebab ketidakenakan perut yang ringan. Sebagai akibatnya, orang-orang bersendawa kapan saja ketidakenakan perut yang ringan dirasakan - apapun penyebabnya.
Jika persoalan yang menyebabkan ketidakenakan adalah bukan kelebihan udara, maka bersendawa tidak menyediakan keringanan (pembebasan). Seperti disebutkan sebelumnya, ia bahkan membuat situasi lebih buruk dengan meningkatkan udara didalam lambung. Ketika bersendawa tidak meringankan atau mengurangi ketidakenakan, bersendawa harus dipandang sebagai tanda bahwa mungkin ada sesuatu yang salah didalam perut dan bahwa penyebab dari ketidakenakan harus dicari. Bersendawa sendiri, bagaimanapun, tidak membantu dokter menentukan apa yang mungkin salah karena bersendawa dapat terjadi pada hampir segala penyakit atau kondisi perut yang menyebabkan ketidakenakan.
Penyebab Dyspepsia
Adalah tidak mengejutkan bahwa banyak penyakit-penyakit pencernaan telah dikaitkan dengan dyspepsia. Bagaimanapun, banyak penyakit-penyakit yang bukan pencernaan juga telah dikaitkan dengan dyspepsia. Contoh-contoh dari yang belakangan termasuk diabetes, penyakit tiroid, hipertiroid (kelenjar-kelenjar paratitoid yang terlalu aktif), dan penyakit ginjal yang berat. Adalah tidak jelas, bagaimanapun, bagaimana penyakit-penyakit bukan pencernaan ini mungkin menyebabkan dyspepsia. Penyebab kedua yang penting dari dyspepsia adalah obat-obat. Ternyata bahwa banyak obat-obat seringkali dikaitkan dengan dyspepsia, contohnya, obat-obat anti-peradangan nonsteroid (NSAIDs seperti ibuprofen), antibiotik-antibiotik, dan estrogen-estrogen). Sesungguhnya, kebanyakan obat-obat dilaporkan menyebabkan pada paling sedikit beberapa pasien-pasien.
Seperti didiskusikan sebelumnya, kebanyakan dyspepsia (bukan yang disebabkan oleh penyakit-penyakit bukan pencernaan atau obat-obat) dipercayai disebabkan oleh fungsi yang abnormal (disfungsi) dari otot-otot organ-organ sistim pencernaan atau syaraf-syaraf yang mengontrol organ-organ. Kontrol syaraf dari sistim pencernaan, bagaimanapun, adalah kompleks (rumit). Sistim syaraf yang menelusuri seluruh panjang dari sistim pencernaan dari kerongkongan sampai ke anus (dubur) dalam dinding-dinding yang berotot dari organ-organ. Syaraf-syaraf ini berkomunikasi dengan syaraf-syaraf lain yang berjalan ke dan dari sumsum tulang belakang (spinal cord). Syaraf-syaraf didalam sumsum tulang belakang, pada gilirannya, berjalan ke dan dari otak. Jumlah-jumlah syaraf-syaraf yang dikandung sistim pencernaan dilebihi hanya oleh sumsum tulang belakang dan otak. Jadi, fungsi abnormal dari sistim syaraf pada dyspepsia mungkin terjadi pada organ pencernaan yang berotot, sumsum tulang belakang (spinal cord), atau otak.
Sistim syaraf yang mengontrol organ-organ pencernaan, seperti dengan kebanyakan organ-organ lain, mengandung keduanya yaitu syaraf-syaraf sensor dan motor. Syaraf-syaraf sensor secara terus menerus merasakan apa yang terjadi (aktivitas) didalam organ dan menyampaikan (merelay) informasi ini pada syaraf-syaraf dalam dinding organ. Dari sana, informasi dapat disampaikan (direlay) pada sumsum tulang belakang dan otak. Informasi diterima dan diproses didalam dinding organ, sumsum tulang belakang, atau otak. Kemudian, berdasarkan pada masukan (input) sensor ini dan caranya masukan (input) diproses, perintah-perintah (respon-respon) dikirim ke organ melalui syaraf-syaraf motor. Dua dari respon-respon motor yang paling umum dalam usus kecil adalah kontraksi atau pengenduran dari otot organ dan pengeluaran cairan dan/atau lendir kedalam organ.
Seperti telah disebutkan, fungsi abnormal dari syaraf-syaraf organ-organ pencernaan, paling sedikit secara teori, mungkin terjadi pada organ, sumsum tulang belakang (spinal cord), atau otak. Lebih dari itu, kelainan-kelainan mungkin terjadi pada syaraf-syaraf sensor, syaraf-syaraf motor, atau pada pusat-pusat pemrosesan dalam usus kecil, spinal cord, atau otak.
Beberapa peneliti-peneliti memperdebatkan bahwa penyebab penyakit-penyakit fungsional adalah kelainan-kelainan pada fungsi syaraf-syaraf sensor. Contohnya, aktivitas-aktivitas normal, seperti peregangan usus kecil oleh makanan, mungkin menimbulkan tanda-tanda (signal-signal) sensor yang dikirim ke spinal cord dan otak, dimana mereka dirasakan sebagai yang menyakitkan. Peneliti-peneliti lain meperdebatkan bahwa penyebab penyakit-penyakit fungsional adalah kelainan-kelainan pada fungsi dari syaraf-syaraf motor. Contohnya, perintah-perintah abnormal melalui syaraf-syaraf motor mungkin menghasilkan kejang yang menyakitkan (kontraksi) dari otot-otot. Masih yang lain-lainnya memperdebatkan bahwa pusat-pusat pemrosesan yang berfungsi secara abnormal adalah bertanggung jawab pada penyakit-penyakit fungsional karena mereka salah menafsirkan sensasi-sensasi (perasaan) normal atau mengirim perintah-perintah yang abnormal ke organ. Sesungguhnya, beberapa penyakit-penyakit fungsional mungkin disebabkan oleh disfungsi sensor, disfungsi motor, atau disfungsi kedua-duanya yaitu sensor dan motor. Yang lain-lain mungkin disebabkan oleh kelainan-kelainan didalam pusat-pusat pemrosesan.
Suatu konsep penting yang adalah relevan (bersangkut-paut) pada beberapa mekanisme-mekanisme (penyebab-penyebab) yang potensial ini dari penyakit-penyakit fungsional adalah visceral hypersensitivity. Konsep ini menyatakan bahwa penyakit-penyakit yang mempengaruhi organ-organ pencernaan (viscera atau isi rongga perut) "membuat peka" (merubah kemampuan reaksi dari) syaraf-syaraf sensor atau pusat-pusat pemrosesan pada sensasi-sensasi yang datang dari organ. Menurut teori ini, penyakit semacam kolitis (peradangan usus besar) dapat menyebabkan perubahan-perubahan yang permanen dalam kepekaan dari syaraf-syaraf atau pusat-pusat pemrosesan dari kolon. Sebagai akibat dari peradangan sebelumnya ini, stimuli normal dirasakan sebagai abnormal (contohnya, sebagai menyakitkan). Jadi, kontraksi usus besar yang normal mungkin menyakitkan. Adalah tidak jelas penyakit-penyakit apa sebelumnya mungkin menjurus pada kepekaan yang sangat (hypersensitivity) pada orang-orang, meskipun penyakit-penyakit infeksius (bakteri atau virus) dari saluran pencernaan disebutkan paling sering. Visceral hypersensitivity telah ditunjukan secara jelas pada hewan-hewan dan manusia-manusia. Perannya dalam penyakit-penyakit fungsional yang umum, bagaimanapun, adalah tidak jelas.
Penyakit-penyakit dan kondisi-kondisi lain dapat memperburuk penyakit-penyakit fungsional, termasuk dyspepsia. Ketakutan dan/atau depresi adalah mungkin faktor-faktor yang memperburuk yang paling umum dikenal untuk pasien-pasien dengan penyakit-penyakit fungsional. Faktor yang memperburuk lain adalah siklus menstrual. Selama periode-periode mereka, wanita-wanita seringkali mencatat bahwa gejala-gejala fungsional mereka adalah lebih buruk. Ini bersesuaian dengan waktu yang sewaktu itu hormon-hormon wanita, estrogen dan progesterone, berada pada tingkat-tingkat tertinggi mereka. Lebih jauh, telah diamati bahwa merawat wanita-wanita yang mempunyai dyspepsia dengan leuprolide, obat suntikan yang menutup produksi estrogen dan progesterone tubuh, adalah efektif pada pengurangan gejala-gejala dyspepsia pada wanita-wanita yang pramenopause. Pengamatan-pengamatan ini mendukung peran untuk hormon-hormon dalam intensifikasi gejala-gejala fungsional.
Perjalanan Dyspepsia
Dyspepsia adalah penyakit kronis yang biasanya berlangsung tahunan, jika tidak seumur hidup. Ia bagaimanapun menunjukan keperiodean (kecenderungan waktu tertentu), yang berarti bahwa gejala-gejala mungkin lebih sering atau berat/parah berhari-hari, berminggu-minggu, atau berbulan-bulan dan kemudian kurang sering atau berat/parah untuk berhari-hari, berminggu-minggu, atau berbulan-bulan. Sebab-sebab untuk fluktuasi-fluktuasi ini tidak diketahui. Karena fluktuasi-fluktuasi ini, adalah penting untuk menilai efek-efek perawatan melalui waktu berminggu-minggu atau berbulan-bulan untuk memastikan bahwa segala perbaikan disebabkan oleh perawatan dan bukan hanya pada fluktuasi alami dalam frekwensi atau keparahan dari penyakit.
Komplikasi-Komplikasi Dyspepsia
Komplikasi-komplikasi dari penyakit-penyakit fungsional dari saluran pencernaan adalah relatif terbatas. Karena gejala-gejala paling sering dibangkitkan (diprovokasi) oleh makan, pasien-pasien yang merubah diet-diet mereka dan mengurangi pemasukan kalori-kalori mereka mungkin kehilangan berat badan. Bagaimanapun, kehilangan berat badan adalah tidak biasa pada penyakit-penyakit fungsional. Sesungguhnya, kehilangan berat badan harus menyarankan kehadiran dari penyakit-penyakit yang bukan fungsional. Gejala-gejala yang membangunkan pasien-pasien dari tidur juga kemungkinan disebabkan oleh penyakit-penyakit bukan fungsional daripada fungsional.
Paling umum, penyakit-penyakit fungsional mengganggu kesenangan (hidup) dan aktivitas-aktivitas harian pasien. Orang-orang yang mengembangkan mual atau nyeri setelah makan mungkin melewati makan pagi atau makan siang. Pasien-pasien juga umumnya menghubungkan gejala-gejala dengan makanan-makanan spesifik (contohnya, susu, lemak, sayur-sayuran). Apakah hubungan-hubungan adalah nyata atau tidak, pasien-pasien ini akan membatasi diet-diet mereka sesuai dengannya. Susu adalah makanan yang paling umum yang dieliminasi (dihilangkan), seringkali secara tidak perlu, dan ini dapat menjurus pada pemasukkan yang tidak memadai dari kalsium dan osteoporosis. Gangguan pada aktivitas-aktivitas harian juga dapat menjurus pada persoalan-persoalan hubungan-hubungan antar perorangan, terutama dengan pasangan (suami dan istri). Kebanyakan pasien-pasien dengan penyakit fungsional hidup dengan gejala-gejala mereka dan jarang mengunjungi dokter-dokter untuk diagnosis dan perawatan.
Mendiagnosis Dyspepsia
Dyspepsia didiagnosa terutama berdasarkan gejala-gejala khas dan penyampingan (eksklusi) dari penyakit-penyakit pencernaan yang bukan fungsional (termasuk penyakit-penyakit yang berkaitan dengan asam), penyakit-penyakit yang bukan pencernaan, dan penyakit-penyakit jiwa (psikiatris). Ada tes-tes untuk mengidentifikasi fungsi pencernaan yang abnormal secara langsung, namun mereka terbatas dalam kemampuan mereka untuk melakukannya.
Eksklusi (Pengeluaran) Penyakit-Penyakit Lain
Eksklusi dari penyakit pencernaan yang bukan fungsional
Sebagaimana biasa, sejarah detil dari pasien dan pemeriksaan fisik seringkali akan menyarankan penyebab dari dyspepsia. Tes-tes darah screening yang rutin sering dilaksanakan untuk mencari petunjuk-petunjuk pada penyakit-penyakit yang tidak diduga. Pemeriksaan-pemeriksaan dari feces (tinja) juga adalah bagian dari evaluasi karena mereka mungkin mengungkapkan infeksi, tanda-tanda peradangan, atau darah dan mengarahkan pengujian diagnostik yang lebih jauh. Pengujian feces yang sensitif (antigen/antibody) untuk Giardia lamblia akan layak karena infeksi parasit ini adalah umum dan dapat menjadi akut atau kronis. Beberapa dokter-dokter melakukan pengujian darah untuk penyakit celiac (seriawan), namun nilai dari melakukan ini adalah tidak jelas. (Selain itu, jika EGD direncanakan, biopsi-biopsi dari duodenum biasanya akan membuat diagnosis dari penyakit celiac.)
Ada banyak tes-tes untuk mengeluarkan/meniadakan penyakit-penyakit pencernaan yang bukan fungsional. Hal-hal utama, bagaimanapun, adalah untuk memutuskan tes-tes yang mana adalah layak untuk dilaksanakan. Karena setiap kasus adalah perorangan, tes-tes yang berbeda mungkin adalah layak untuk pasien-pasien yang berbeda. Meskipun demikian, tes-tes dasar tertentu seringkali dilaksanakan untuk mengeluarkan/meniadakan penyakit pencernaan yang bukan fungsional. Tes-tes ini mengidentifikasi penyakit-penyakit anatomi (struktural) dan histologi (mikroskopik) dari kerongkongan (esophagus), lambung, dan usus-usus kecil.
Kedua-duanya x-rays dan endoskopi-endoskopi dapat mengidentifikasi penyakit-penyakit anatomi. Hanya endoskopi-endoskopi, bagaimanapun, dapat mendiagnosa penyakit-penyakit histologi (jaringan tubuh) karena biopsi-biopsi (contoh-contoh dari jaringan) dapat diambil selama prosedur. Tes-tes x-ray termasuk:
* Esophagram dan studi penelanan video-fluoroscopic untuk pemeriksaan kerongkongan (esophagus).
* Rangkaian pencernaan bagian atas untuk pemeriksaan lambung dan duodenum.
* Rangkaian usus kecil untuk pemeriksaan usus kecil.
* Barium enema untuk pemeriksaan kolon dan terminal ileum.
Tes-tes Endoskopi termasuk:
* Endoskopi pencernaan bagian atas (esophago-gastro-duodenoscopy atau EGD) untuk memeriksa kerongkongan (esophagus), lambung dan duodenum (usus dua belas jari).
* Kolonoskopi untuk memeriksa kolon (usus besar) dan terminal ileum
* Endoskopi juga tersedia untuk memeriksa usus kecil, namun tipe endoskopi ini adalah kompleks, tidak tersedia aecara luas, dan nilai dari dyspepsia yang belum terbukti.
Untuk pemeriksaan usus kecil, ada juga kapsul yang mengandung suatu kamera kecil dan pemancar yang dapat ditelan. Ketika kapsul berjalan melalui usus-usus kecil, ia memancarkan gambar-gambar bagian dalam dari usus-usus kecil pada recorder (perekam) eksternal untuk peninjauan ulang kemudian. Kapsul tidak tersedia secara luas dan nilainya, terutama pada dyspepsia, masih belum terbukti.
X-rays lebih mudah dilaksanakan dan lebih tidak mahal daripada endoskopi-endoskopi. Ketrampilan-ketrampilan yang diperlukan untuk melaksanakan x-rays, bagaimanapun, sedang menjadi jarang diantara ahli-ahli radiologi karena mereka melakukannya lebih jarang. Oleh karenanya, kwalitas dari x-rays seringkali tidak setinggi seperti biasanya. Seperti tercatat sebelumnya, endoskopi-endoskopi mempunyai keuntungan daripada x-rays karena pada saat endoskopi-endoskopi, biopsi-biopsi dapat diambil untuk mendiagnosa atau mengeluarkan/meniadakan penyakit-penyakit histologi, sesuatu yang tidak dapat dilakukan oleh x-rays.
Eksklusi Penyakit-Penyakit Pencernaan Yang Berkaitan Dengan Asam
Karena mereka adalah begitu umum, penyakit-penyakit pencernaan yang bukan fungsional yang paling penting yang dikeluarkan (dieksklusikan) adalah penyakit-penyakit yang berkaitan dengan asam yang menyebabkan peradangan dan borok-borok dari kerongkongan (esophagus), lambung, dan duodenum. Infeksi lambung dengan Helicobacter pylori, infeksi yang sangat berkaitan dengan beberapa penyakit-penyakit yang berhubungan dengan asam, dimasukkan dalam kelompok ini. Adalah tidak jelas, bagaimanapun, sekarang seringkali Helicobacter pylori menyebabkan dyspepsia. Lagi pula, satu-satunya cara mengeluarkan/meniadakan bakteri ini sebagai penyebab dyspepsia pada seorang pasien tertentu adalah dengan mengeliminasi infeksi (jika ia hadir) dengan antibiotik-antibiotik yang tepat. Jika dyspepsia membaik secara substansial (hakekatnya) dengan pembasmian, adalah mungkin bahwa bakteri bertanggung jawab. Infeksi Helicobacter pylori dapat juga didiagnosa (atau ditiadakan) dengan tes-tes darah, biopsi lambung, tes napas urea, atau tes feces.
Endoskopi adalah cara yang baik untuk mendiagnosa atau meniadakan peradangan yang berhubungan dengan asam. Jika tidak ada tanda-tanda peradangan hadir, penyakit-penyakit yang berhubungan dengan asam adalah tidak mungkin. Meskipun demikian, beberapa pasien-pasien tanpa tanda-tanda peradangan merespon pada penekanan asam yang kuat dan lama, menyarankan bahwa asam menyebabkan dyspepsia mereka. Oleh karenanya, banyak dokter-dokter akan menggunakan penekan asam yang kuat pada dyspepsia sebagai cara-cara untuk keduanya merawat dan mendiagnosa. Jadi, jika dyspepsia membaik secara substansial (lebih dari 50 sampai 75%) dengan penekanan asam, kemungkinan adalah bahwa asam bertanggung jawab untuk dyspepsia. Untuk tujuan ini, adalah penting untuk menggunakan penekan asam yang kuat dengan proton pump inhibitors (PPIs), seperti omeprazole (Prilosec), lansoprazole (Prevacid), rabeprazole (Aciphex), pantoprazole (Protonix) atau esomeprazole (Nexium). Perawatan seringkali diberikan pada dosis-dosis yang lebih tinggi dari yang direkomendasikan untuk 12 minggu atau lebih sebelum keputusan dibuat tentang efek perawatan pada gejala-gejala. Pengobatan yang singkat untuk hanya beberapa hari atau minggu adalah tidak cukup. Jika gejala-gejala dyspepsia tidak membaik, itu bahkan mungkin layak untuk memeriksa jumlah asam yang dihasilkan lambung (dan juga reflux atau pengaliran kembali dari asam kedalam kerongkongan) dengan pengawasan ph 24 jam untuk memastikan bahwa obat-obat penekan asam menekan asam secara efektif. Sampai dengan 10% dari pasien-pasien adalah resiten pada efek-efek dari bahkan PPIs.
Penyebab potensial lain dari dyspepsia adalah pertumbuhan bakteri yang berlebihan dari usus kecil, meskipun frekwensi dengannya dimana kondisi ini menyebabkan dyspepsia masih belum ditentukan. Pertumbuhan berlebihan dapat didiagnosa dengan pengujian pernapasan hidrogen dan dirawat terutama dengan antibiotik-antibiotik.
Eksklusi Penyakit Yang Bukan Pencernaan
Pasien-pasien dengan dyspepsia seringkali menjalani ultrasonography (USG), computerized tomography (CT atau CAT scans), atau magnetic resonance imaging (MRI) perut. Tes-tes ini digunakan terutama untuk mendiagnosa penyakit-penyakit bukan usus. Meskipun tes-tes juga mampu untuk mendiagnosa penyakit-penyakit usus, nilai mereka untuk tujuan ini terbatas. X-ray dan endoskopi adalah lebih baik. Adalah penting untuk menyadari bahwa USG, CT, dan MRI adalah tes-tes yang kuat dan mungkin mengungkapkan kelainan-kelainan yang tidak berhubungan dengan dyspepsia. Contoh yang paling umum dari ini adalah penemuan batu-batu empedu yang, sesungguhnya, tidak menyebabkan gejala-gejala. Sampai dengan 50% dari batu-batu empedu tidak menyebabkan gejala-gejala. Ini dapat menyebabkan persoalan jika batu-batu empedu diasumsikan menyebabkan dyspepsia. Pengangkatan secara operasi dari kantong empedu dengan batu-batu empedunya (cholecystectomy) kemungkinan tidak menghilangkan dyspepsia. Cholecystectomy akan diharapkan menghilangkan hanya gejala-gejala karakteristik yang dapat disebabkan oleh batu-batu empedu. Tes-tes tambahan untuk mengeluarkan penyakit-penyakit bukan pencernaan mungkin tepat pada situasi-situasi spesifik yang tertentu, meskipun tentunya tidak pada kebanyakan pasien-pasien.
Eksklusi Penyakit Psikiatris (Jiwa)
Kemungkinan penyakit psikiatris (psikologi atau psikosomatik) seringkali timbul pada pasien-pasien dengan dyspepsia karena gejala-gejala adalah subyektif dan tidak ada kelainan-kelainan obyektif yang dapat diidentifikasikan. Penyakit psikiatris mungkin menyulitkan dyspepsia, namun tidak jelas jika penyakit psikiatris menyebabkan dyspepsia. Jika ada kemungkinan penyakit psikiatris, evaluasi psikiatris adalah tepat.
Tes-Tes Spesifik Dari Fungsi Gastrointestinal (Pencernaan)
Studi Kemampuan Pergerakan Kerongkongan
Kelainan-kelainan fungsional dari kerongkongan (esophagus) dapat diidentifikasikan dengan studi-studi kemampuan pergerakan kerongkongan atau esophageal motility studies (manometry). Untuk studi-studi ini, tabung yang merasakan tekanan ditelan dan ditempatkan didalam kerongkongan (esophagus). Kontraksi-kontraksi dari otot kerongkongan secara normal menyebabkan peningkatan tekanan didalam kerongkongan yang dapat diamati oleh kateter selama dan antara penelanan-penelanan air. Diantara kelainan-kelainan yang dapat dilihat adalah tekanan-tekanan yang abnormal tinggi atau abnormal rendah selama kontraksi-kontraksi yang berhubungan dengan menelan dan/atau selama kontraksi-kontraksi secara spontan yang tidak berkaitan dengan penelanan-penelanan.
Studi Pengosongan Lambung dan Electrogastrogram
Pengosongan lambung yang perlahan adalah kelainan fungsional yang umum yang dapat menjurus pada kembung, mual, dan muntah. Pengosongan lambung yang cepat adalah relatif tidak umum dan dapat menjurus pada nyeri perut dan diare. Keduanya dari kelainan-kelainan ini - pengosongan perlahan dan cepat - dapat diidentifikasi oleh studi pengosongan lambung.
Tipe yang paling umum dari studi pengosongan adalah studi medis nuklir. Pada tes ini, pasien-pasien meminum atau memakan makanan yang diberikan material radioaktif. Alat seperti penghitung Geiger kemudian ditempatkan diatas perut dan kecepatan yang dengannya minuman atau makanan ber-radioaktif mengosongkan lambung diamati atau dimonitor.
Electrogastrogram (EGG) adalah seperti electrocardiogram (ECG) untuk jantung. Elektrode-elektrode yang ditempelkan pada bagian atas perut memonitor aktivitas listrik yang dihasilkan oleh otot lambung. Kelainan-kelainan dari irama listrik lambung seringkali dikaitkan dengan gejala-gejala dyspepsia, terutama mual dan mutah.
Studi Barostatic
Barostat adalah alat yang digunakan untuk mengukur tekanan dan menentukan compliance atau pemenuhan (fleksibilitas) dari organ pencernaan. Compliance adalah istilah yang menggambarkan efek yang dimiliki peregangan internal pada organ. Lebih besar compliance dari organ, lebih sedikit ada tegangan (tekanan) yang dihasilkan ketika organ diregangkan dari dalam.
Compliance adalah penting untuk fungsi yang normal dari organ-organ pencernaan. Contohnya, ketika makanan mengisis lambung sewaktu makan, otot-otot lambung harus mengendur (mematuhi) untuk mengakomodasi volume makanan yang meningkat. Jika lambung tidak mengendur secara tepat, tekanan dalam lambung meningkat secara abnormal. Dipercayai bahwa tekanan yang tingginya abnormal didalam lambung (disebabkan oleh kepatuhan yang berkurang) dapat menjurus pada gejala-gejala seperti mudah kenyang (perasaan perut yang penuh atau nyeri setelah hanya jumlah kecil makanan yang telah dimakan).
Barostat termasuk sebuah balon yang ditempatkan didalam organ pencernaan melalui mulut atau dubur (anus). Ketika balon ditiup secara progresif dan meregangkan organ, tekanan didalam organ diukur oleh barostat. Dengan cara ini, kepatuhan (compliance) yang abnormal dapat diidentifikasi. Barostat-barostat dapat ditempatkan dalam kerongkongan (esophagus), lambung, usus kecil atau usus besar (kolon). Studi-studi Barostatic, bagaimanapun, mungkin harus dipertimbangkan sebagai bersifat percobaan. Sesungguhnya, barostat-barostat dan keahlian dalam penggunaan mereka tersedia hanya pada pusat-pusat yang jumlahnya terbatas.
Studi Transit Usus Kecil
Studi-studi transit usus kecil mengukur kecepatan yang dengannya makanan berjalan melalui usus kecil. Pada tipe studi transit yang paling umum, makanan tes yang telah diberikan material radioaktif dimakan. Alat seperti penghitung Geiger ditempatkan diatas perut dan digunakan untuk mengikuti material radioaktif melalui usus kecil dan kedalam usus besar. Transit yang cepat dikaitkan dengan nyeri perut dan diare. Transit yang perlahan juga mungkin dikaitkan dengan nyeri perut. Meskipun studi-studi transit tidak sulit untuk dilaksanakan, mereka tidak seringkali digunakan karena pengalaman dengan penggunaan mereka tidak tersebar luas. Mereka mungkin harus dipertimbangkan sebagai bersifat percobaan.
Studi Kemampuan Pergerakan Antro-duodenal
Studi-studi kemampuan pergerakan Antro-duodenal mengukur tekanan yang dihasilkan oleh kontraksi-kontraksi dari otot-otot antrum (saluran keluar) dari lambung dan duodenum. Untuk studi-studi ini, tabung yang merasakan tekanan ditelan atau dilewatkan melaui hidung dan ditempatkan pada bagian distal (outlet) dari lambung (antrum) dan bagian pertama dari usus kecil (duodenum). Tekanan-tekanan diukur dengan lambung yang kosong dan setelah makanan tes. Tekanan-tekanan yang abnormal tinggi atau abnormal rendah dan begitu juga kontraksi-kontraksi yang tidak terkoordinasi dapat diidentifikasi. Kelainan-kelainan ini dipercayai berhubungan dengan gejala-gejala dyspepsia. Studi-studi kemampuan pergerakan Antro-duodenal dan keahlian dalam penggunaan mereka tidak tersedia secara meluas.
Studi-Studi Pengosongan Kantong Empedu
Studi-studi pengosongan kantong empedu menentukan berapa baiknya kantong empedu mengosongkan. Antara makan-makan, kantong empedu menyimpan empedu yang dihasilkan oleh hati. Setelah makan-makan, otot-otot kantong empedu berkontraksi dan memeras keluar (mengosongkan) kebanyakan dari empedu kedalam usus kecil. Didalam usus kecil, empedu memnbantu pencernaan makanan.
Untuk studi pengosongan kantong empedu, material ber-radioaktif disuntikan secara intravena. Material radioaktif dikeluarkan dari darah oleh hati dan berakumulasi dengan empedu didalam kantong empedu. Kantong empedu kemudian distimulasi untuk berkontraksi dengan makan atau suntikan intravena dari hormon, yang disebut cholecystokinin. Alat seperti penghitung Geiger ditempatkan diatas perut dan kecepatan yang dengannya ke-radioaktifan meninggalkan kantong empedu dan masuk kedalam usus kecil dimonitor. Studi-studi pengosongan kantong empedu adalah tersedia secara luas karena teknologi ini digunakan untuk beberapa tujuan-tujuan lain daripada pengukuran pengosongan kantong empedu.
Telah disarankan bahwa pengosongan yang lambatnya abnormal dari kantong empedu mungkin berkaitan dengan nyeri perut. Sayangnya, bagaimanapun, studi-studi yang mendukung hubungan antara pengosongan kantong empedu yang perlahan dan gejala-gejala adalah lemah. Lagi pula, banyak orang-orang yang mempunyai pengosongan kantong empedu yang abnormal perlahan namun tidak ada gejala-gejala. Untuk sebab-sebab ini, studi-studi pengosongan kantong empedu yang abnormal telah tidak diterima secara luas untuk mendiagnosa kelainan-kelainan fungsional dari kantong empedu.
Merawat Dyspepsia
Perawatan dyspepsia adalah topik yang sulit dan tidak memuaskan karena begitu sedikit obat-obat yang telah dipelajari dan telah menunjukan ke-efektifan. Lagi pula, obat-obat yang telah ditunjukan bermanfaat masih belum efektif secara substansial. Situasi sulit ini ada untuk beberapa sebab-sebab, seperti berikut:
* Penyakit-penyakit yang mengancam nyawa (contohnya, kanker, penyakit jantung, dan tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah penyakit-penyakit yang menangkap perhatian publik dan, lebih penting, pembiayaan penelitian. Dyspepsia adalah bukan penyakit yang mengancam nyawa dan telah menerima pembiayaan penelitian yang sedikit. Karena kekurangan penelitian, pengertian dari proses-proses (mekanisme-mekanisme) fisiologi yang bertanggung jawab untuk dyspepsia telah berkembang secara perlahan. Obat-obat yang efektif tidak dapat dikembangkan hingga ada pengertian dari mekanisme-mekanisme ini.
* Penelitian pada dyspepsia adalah sulit. Dyspepsia didefinisikan oleh gejala-gejala subyektif (seperti nyeri) daripada tanda-tanda obyektif (contohnya, kehadiran dari borok). Gejala-gejala subyektif adalah lebih kurang dipercaya daripada tanda-tanda obyektif dalam mengidentifikasi kelompok-kelompok pasien-pasien yang homogen. Sebagai akibatnya, kelompok-kelompok dari pasien-pasien dengan dyspepsia yang tengah menjalani perawatan kemungkinan mengandung beberapa pasien-pasien yang tidak mempunyai dyspepsia, yang mungkin melemahkan hasil-hasil perawatan. Lebih dari itu, hasil-hasil perawatan harus dievaluasi berdasarkan respon-respon subyektif (seperti membaiknya nyeri). Sebagai tambahan pada lebih ketidakpercayaan, respon-respon subyektif adalah lebih sulit untuk diukur daripada respon-respon obyektif (contohnya, kesembuhan dari borok).
* Subtipe-subtipe dari dyspepsia yang berbeda (contohnya, nyeri perut dan perut yang kembung) kemungkinan disebabkan oleh proses-proses (mekanisme-mekanisme) fisiologi yang berbeda. Adalah juga mungkin, bagaimanapun, bahwa subtipe dyspepsia yang sama mungkin disebabkan oleh mekanisme-mekanisme yang berbeda pada orang-orang yang berbeda. Apa yang lebih, obat apa saja kemungkinan mempengaruhi hanya satu mekanisme. Oleh karenanya, tidak mungkin bahwa satu obat apa saja dapat efektif dalam semua bahkan kebanyakan pasien-pasien dengan dyspepsia, bahkan pasien-pasien dengan gejala-gejala yang serupa. Efektivitas yang tidak konsisten ini membuat pengujian obat-obat sangat sulit. Tentu saja, itu dapat dengan mudah berakibat pada percobaan-percobaan obat yang menunjukan tidak ada kemanjuran ketika , kenyataannya, obat sedang mebantu subkelompok dari pasien-pasien.
* Gejala-gejala subyektif terutama sekali cenderung merespon pada placebo-placebo (obat-obat tidak aktif). Kenyataannya, pada kebanyakan studi-studi, 20 sampai 40% dari pasien-pasien dengan dyspepsia akan membaik jika mereka menerima obat-obat yang tidak aktif. Sekarang, semua percobaan-percobaan klinik dari obat-obat untuk dyspepsia memerlukan kelompok yang dirawat dengan placebo untuk perbandingan dengan kelompok yang dirawat dengan obat. Respon-respon placebo yang besar berarti bahwa percobaan-percobaan klinik ini harus menggunakan jumlah-jumlah yang besar dari pasien-pasien untuk mendeteksi perbedaan-perbedaan yang berarti (signifikan) dalam perbaikan antara kelompok-kelompok placebo dan obat. Oleh karenanya, percobaan-percobaan ini adalah mahal untuk dilaksanakan.
Kekurangan pengertian tentang proses-proses (mekanisme-mekanisme) fisiologi yang menyebabkan dyspepsia telah berarti bahwa perawatan biasanya tidak dapat diarahkan pada mekansme-mekanisme. Sebagai gantinya, perawatan biasanya diarahkan pada gejala-gejala. Contohnya, mual dirawat dengan obat-obat yang menekan mual namun tidak mempengaruhi penyebab dari mual. Pada sisi lain, obat-obat psikotropik (antidepressants) dan perawatan-perawatan psikologi (seperti cognitive behavioral therapy) merawat penyebab-penyebab dyspepsia yang hipotetis (contohnya, fungsi abnormal dari syaraf-syaraf sensor dan jiwa) daripada gejala-gejala. Perawatan untuk dyspepsia seringkali adalah serupa dengan yang untuk sindrom iritasi usus besar atau irritable bowel syndrome (IBS) walaupun penyebab-penyebab dari IBS dan dyspepsia kemungkinan adalah berbeda.
Pendidikan
Adalah penting untuk mendidik pasien-pasien dengan dyspepsia tentang penyakit mereka, terutama sekali dengan menenteramkan hati mereka bahwa penyakitnya bukan ancaman yang serius pada kesehatan fisik mereka (walaupun mungkin pada kesehatan emosi mereka). Pasien-pasien perlu untuk mengerti mekanisme-mekanisme (penyebab-penyebab) untuk gejala-gejala. Yang paling penting, mereka perlu mengerti pendekatan medis pada persoalan dan sebab-sebab untuk setiap tes atau perawatan. Pendidikan mempersiapkan pasien-pasien untuk perjalanan yang berpotensi panjang (lama) dari diagnosis dan percobaan-percobaan perawatan. Pendidikan juga mungkin mencegah pasien-pasien menjadi mangsa dari dukun-dukun yang menawarkan perawatan-perawatan untuk dyspepsia yang tidak terbukti dan kemungkinan membahayakan. Banyak gejala-gejala dapat ditolerir jika ketakutan pasien tentang keseriusan gejala-gejala mereka dapat dihilangkan. Itu juga membantu pasien-pasien menangani gejala-gejala ketika mereka merasa bahwa segalanya yang harus dilakukan untuk mendiagnosa dan merawat, kenyataannya, sedang dilakukan. Kebenaran adalah bahwa orang-orang yang secara psikologi sehat dapat mentolerir sangat banyak ketidakenakan dan melanjutkan untuk memimpin kehidupan-kehidupan yang senang dan produktif.
Diet
Faktor-faktor diet (makanan) masih belum dipelajari secara baik pada perawatan dyspepsia. Meskipun demikian, pasien-pasien seringkali menghubungkan gejala-gejala mereka dengan makanan-makanan spesifik (seperti salad-salad dan lemak-lemak). Walaupun makanan-makanan spesifik mungkin memperburuk gejala-gejala dyspepsia, adalah jelas bahwa mereka bukanlah penyebab dari dyspepsia. Respon placebo yang umum pada kelainan-kelainan fungsional seperti dyspepsia juga mungkin menjelaskan perbaikan dari gejala-gejala pada beberapa orang-orang dengan eliminasi (penghapusan) makanan-makanan spesifik.
Makanan berserat seringkali direkomendasikan untuk pasien-pasien dengan IBS, namun serat masih belum dipelajari pada perawatan dyspepsia. Meskipun demikian, mungkin adalah layak untuk merawat pasien-pasien dengan dyspepsia dengan serat jika mereka juga mempunyai sembelit.
Ketidaktoleranan pada lactose (gula dalam susu) seringkali disalahkan untuk dyspepsia. Karena dyspepsia dan ketidaktoleranan lactose keduanya adalah umum, kedua kondisi-kondisi mungkin hidup bersama. Pada situasi ini, membatasi lactose akan memperbaiki gejala-gejala dari ketidaktoleranan lactose, namun tidak akan mempengaruhi gejala-gejala dyspepsia. Ketidaktoleranan lactose dengan mudah ditentukan oleh pengujian efek-efek lactose (pengujian pernapasan hidrogen) atau mencoba diet yang mengeliminasi lactose yang tegas/keras. Jika lactose ditentukan adalah bertanggung jawab untuk beberapa atau seluruh dari gejala-gejala, penghapusan (eliminasi) dari makanan-makanan yang mengandung lactose adalah tepat. Sayangnya, banyak pasien-pasien menghentikan meminum susu atau memakan makanan-makanan yang mengandung susu tanpa bukti-bukti yang baik bahwa itu memperbaiki gejala-gejala mereka. Ini seringkali merugikan pemasukan kalsium mereka.
Satu dari senyawa-senyawa makanan yang paling umum dikaitkan dengan gejala-gejala dyspepsia adalah lemak. Bukti ilmiah bahwa lemak menyebabkan dyspepsia adalah lemah. Kebanyakan dari pendukung adalah bersifat anekdot (tidak berdasarkan studi-studi ilmiah yang dilakukan dengan hati-hati). Meskipun demikian, lemak adalah satu dari pengaruh-pengaruh yang paling poten pada fungsi pencernaan. Ia cenderung memperlambat otot-otot pencernaan ketika ia menyebabkan otot-otot dari kantong empedu untuk berkontraksi. Oleh karenanya, adalah mungkin bahwa lemak mungkin memperburuk dyspepsia walaupun ia tidak menyebabkannya. Lagi pula, mengurangi pencernaan lemak mungkin menghilangkan gejala-gejala. Suatu diet rendah lemak yang tegas dapat dilaksanakan cukup mudah dan adalah berharga untuk dicoba. Sebagai tambahan, ada sebab-sebab lain yang berhubungan dengan kesehatan untuk mengurangi diet (makanan) yang berlemak.
Obat-Obat Psikotropik
Pasien-pasien dengan kelainan-kelainan fungsional, termasuk dyspepsia, seringkali ditemukan menderita depresi dan/atau ketakutan. Adalah tidak jelas, bagaimanapun, apakah depresi dan ketakutan adalah penyebab atau akibat dari kelainan-kelainan fungsional atau tidak berhubungan dengan kelainan-kelainan ini. (Depresi dan ketakutan adalah umum dan, oleh karenanya, kejadian mereka bersama dengan kelainan-kelainan fungsional mungkin adalah kebetulan). Beberapa percobaan-percobaan klinik telah menunjukan bahwa obat-obat anti-depresi (antidepressants) adalah efektif pada IBS dalam menghilangkan nyeri perut. Antidepressants juga telah ditunjukan efektif dalam nyeri dada yang tidak dapat dijelaskan (non-cardiac), kondisi yang diperkirakan mewakili disfungsi dari kerongkongan (esophagus). Antidepressants masih belum dipelajari secara cukup pada tipe-tipe lain dari kelainan-kelainan fungsional, termasuk dyspepsia. Adalah mungkin layak untuk merawat pasien-pasien dengan dyspepsia dengan obat-obat psikotropik jika mereka mempunyai depresi yang sedang atau parah/berat atau ketakutan.
Antidepressants bekerja pada dyspepsia dan pada nyeri kerongkongan fungsional pada dosis-dosis yang relatif rendah yang mempunyai sedikit atau tidak ada efek pada depresi. Dipercayai, oleh karenanya, bahwa obat-obat ini bekerja tidak dengan melawan depresi, namun dalam cara-cara berbeda (melalui mekanisme-mekanisme yang berbeda). Contohnya, obat-obat ini telah ditunjukan menyesuaikan (mengatur) aktivitas dari syaraf-syaraf dan begitu juga mempunyai efek-efek analgesik (menghilangkan nyeri). Obat-obat psikotropik yang umumnya digunakan termasuk tricyclic antidepressants, desipramine (Norpramine) dan trimipramine (Surmontil). Walaupun studi-studi adalah membesarkan hati, namun masih belum jelas apakah kelompok dari antidepressants yang lebih baru, serotonin-reuptake inhibitors seperti fluoxetine (Prozac), sertraline (Zoloft), dan paroxetine (Paxil), adalah efektif dalam kelainan-kelainan fungsional, termasuk dyspepsia.
Perawatan-Perawatan Psikologi
Perawatan-perawatan psikologi termasuk terapi teori tingkah laku (cognitive-behavioral therapy), hipnosis, psychodynamic atau interpersonal psychotherapy, dan manajemen relaksasi/stres. Sedikit studi-studi dari perawatan-perawatan psikologi telah dilaksanakan pada dyspepsia, walaupun lebih banyak studi-studi telah dilakukan pada IBS. Jadi, ada sedikit bukti ilmiah bahwa mereka adalah efektif pada IBS.
Obat-Obat Promotility
Satu dari teori-teori yang memimpin untuk penyebab dyspepsia adalah kelainan-kelainan dalam cara otot-otot pencernaan berfungsi. Fungsi dari otot-otot mungkin meningkat secara abnormal, berkurang secara abnormal, atau mungkin tidak terkoordinasi. Ada obat-obat, disebut smooth muscle relaxants, yang dapat mengurangi aktivitas dari otot-otot dan obat-obat lain yang dapat meningkatkan aktivitas otot-otot, disebut promotility drugs.
Banyak dari gejala-gejala dyspepsia dapat dijelaskan berdasarkan pengurangan aktivitas dari otot-otot pencernaan yang berakibat pada pengangkutan (transit) yang lambat dari makanan melalui lambung dan usus kecil. Adalah jelas, seperti didiskusikan sebelumnya, bahwa ada penyebab-penyebab lain dari gejala-gejala ini sebagai tambahan pada transit yang lambat. Gejala-gejala semacam ini termasuk mual, muntah, dan kembung perut. Ketika transit terpengaruh secara berat/parah, penggelembungan perut (pembengkakan) juga mungkin terjadi dan dapat berakibat pada nyeri perut. Cepat kenyang kemungkinan bukanlah fungsi dari transit yang lambat karena ia terjadinya terlalu dini untuk transit yang lambat untuk mempunyai konsekwensi-konsekwensi. Secara teori, obat-obat yang mempercepat transit makanan seharusnya, pada paling sedikit beberapa pasien-pasien, menghilangkan gejala-gejala dyspepsia yang disebabkan oleh transit yang lambat.
Jumlah dari obat-obat promotility yang tersedia untuk penggunaan secara klinik adalah terbatas. Studi-studi keefektifan mereka pada dyspepsia adalah bahkan lebih terbatas. Obat yang paling banyak dipelajari adalah cisapride (Propulsid), obat promotility yang telah ditarik dari pasar karena efek-efek sampingan cardiac (yang berhubungan dengan jantung) yang serius. Beberapa studi-studi yang sedikit dengan cisapride untuk dyspepsia adalah tidak konsisten dalam hasil-hasilnya. Beberapa studi-studi menunjukan manfaat-manfaat dimana yang lain-lain menunjukan tidak ada manfaat. Cisapride adalah efektif pada pasien-pasien dengan persoalan-persoalan pengosongan lambung yang berat/parah (gastroparesis) atau transit makanan lambat yang berat/parah melalui usus kecil (chronic intestinal pseudo-obstruction). Kedua penyakit ini mungkin atau tidak mungkin berhubungan dengan dyspepsia.
Obat promotility lain yang tersedia adalah erythromycin, antibiotik yang menstimulasi otot halus (smooth muscle) pencernaan sebagai satu dari efek-efek sampingannya. Erythromycin digunakan untuk menstimulasi otot-otot halus (smooth muscles) dari saluran pencernaan pada dosis-dosis yang adalah lebih rendah daripada yang digunakan untuk merawat infeksi-infeksi. Tidak ada studi-studi dari erythromycin pada dyspepsia, namun erythromycin adalah efektif pada gastroparesis dan kemungkinan juga pada chronic intestinal pseudo-obstruction.
Metoclopramide (Reglan) adalah obat promotility lain yang tersedia. Itu masih belum dipelajari, bagaimanapun, pada dyspepsia. Lebih dari itu, ia dikaitkan dengan beberapa efek-efek sampingan yang mengganggu. Oleh karenanya, ia mungkin bukan obat yang baik untuk menjalankan pengujian lebih jauh pada dyspepsia.
Smooth muscle relaxants
Obat-obat yang paling luas dipelajari untuk perawatan nyeri perut pada kelainan-kelainan fungsional adalah kelompok obat-obat yang disebut smooth-muscle relaxants.
Saluran pencernaan terutama tersusun dari tipe otot yang disebut smooth muscle. (Berlawanan dengannya, otot-otot kerangka seperti bisep-bisep tersusun dari tipe otot yang disebut striated muscle atau otot-otot bergaris). Obat-obat smooth muscle relaxant mengurangi kekuatan kontraksi dari otot-otot halus (smooth muscles) namun tidak mempengaruhi konraksi dari tipe-tipe otot-otot lain. Mereka digunakan pada kelainan-kelainan fungsional, terutama IBS, dengan asumsi (tidak terbukti) bahwa kontraksi-kontraksi yang kuat dan berkepanjangan dari otot-otot halus (smooth muscles) pada usus kecil - kejang-kejang - adalah penyebab dari nyeri pada kelainan-kelainan fungsional. Bahkan ada smooth muscle relaxants yang ditempatkan dibawah lidah, seperti dengan nitroglycerin untuk angina, sehingga mereka mungkin diserap secara cepat.
Tidak ada cukup studi-studi dari smooth muscle relaxants pada dyspepsia untuk menyimpulkan bahwa mereka adalah efektif pada pengurangan nyeri. Karena efek-efek sampingan mereka adalah sedikit, obat-obat ini kemungkinan adalah berharga untuk dicoba. Seperti dengan semua obat-obat yang diberikan untuk mengontrol gejala-gejala, pasien-pasien seharusnya mengevaluasi secara hati-hati apakah smooth muscle relaxant yang mereka gunakan adalah efektif atau tidak pada pengontrolan gejala-gejala. Jika ia tidak efektif secara jelas, opsi (pilihan) untuk menghentikan relaxant harus didiskusikan dengan seorang dokter.
Smooth muscle relaxants yang umum digunakan adalah hyoscyamine (contohnya, Levsin) dan methscopolamine (contohnya, Pamine). Obat-obat lain menggabungkan smooth muscle relaxants dengan obat penenang (contohnya, Donnatal), namun tidak ada bukti bahwa tambahan dari obat-obat penenang menambah keefektifan perawatan.
Pendekatan Yang Layak Pada Diagnosis Dan Perawatan Dyspepsia
Pendekatan awal pada dyspepsia, apakah itu perawatan atau pengujian, tergantung pada umur pasien, gejala-gejala dan durasi (lamanya) gejala-gejala. Jika pasien lebih muda dari 50 tahun umurya dan penyakit serius, terutama kanker, adalah tidak mungkin, pengujian adalah kurang penting. Jika gejala-gejala adalah khas untuk dyspepsia dan telah hadir bertahun-tahun tanpa perubahan, maka adalah lebih sedikit keperluan untuk pengujian, atau paling sedikit pengujian yang ekstensif, untuk mengeluarkan penyakit-penyakit pencernaan dan bukan pencernaan lain.
Pada sisi lain, jika gejala-gejala timbul baru-baru ini (minggu-minggu atau bulan-bulan), memperburuk secara progresif, berat/parah, atau berhubungan dengan tanda-tanda "peringatan", maka pengujian awal yang lebih ekstensif adalah tepat. Tanda-tanda peringatan termasuk kehilangan berat badan, bangun ditengah malam, darah pada feces (tinja) atau material yang dimuntahkan (vomitus), dan tanda-tanda peradangan, seperti demam atau kepekaan perut. Pengujian juga adalah tepat jika, sebagai tambahan pada gejala-gejala dyspepsia, ada gejala-gejala menyolok lain yang tidak umum dikaitkan dengan dyspepsia.
Jika ada gejala-gejala yang menyarankan kondisi-kondisi yang lain daripada dyspepsia, tes-tes yang adalah spesifk untuk penyakit-penyakit ini harus dilakukan pertama-tama. Sebabnya adalah bahwa jika tes-tes lain ini menyingkapkan penyakit-penyakit lain, mungkin adalah tidak perlu melakukan pengujian tambahan. Contoh-contoh dari gejala-gejala semacam ini dan pengujian yang mungkin termasuk:
* Muntah: endoskopi pencernaan bagian atas untuk mendiagnosa peradangan atau penyakit-penyakit yang menghalangi; studi-studi pengosongan lambung dan/atau electrogastrography untuk mendiagnosa pengosongan lambung yang terganggu.
* Penggelembungan perut dengan atau tanpa gas dalam perut yang meningkat: x-rays pencernaan bagian atas dan usus kecil untuk mendiagnosa penyakit-penyakit yang menghalangi; tes pernapasan hidrogen untuk mendiagnosa pertumbuhan bakteri yang berlebihan dari usus kecil.
Untuk seorang pasien dengan gejala-gejala khas dyspepsia yang memerlukan pengujian untuk mengeluarkan penyakit-penyakit lain, papan screening standar dari tes-tes darah akan selayaknya dimasukkan. Tes-tes ini mungkin mengungkap petunjuk-petunjuk pada penyakit-penyakit bukan pencernaan. Pengujian feces yang sensitif (antigen/antibodi) untuk Giardia lamblia akan layak karena infeksi parasit ini adalah umum dan dapat menjadi akut atau kronis. Beberapa dokter-dokter melakuan uji darah untuk penyakit celiac (seriawan), namun nilai dari berbuat ini adalah tidak jelas. Lagi pula, jika suatu EGD direncanakan, biopsi-biopsi dari duodenum biasaya akan membuat diagnosis dari penyakit celiac. X-ray perut yang sederhana mungkin dilakukan sewaktu episode nyeri perut (untuk mencari halangan atau rintangan dari usus kecil). Pengujian untuk ketidaktoleranan lactose atau percobaan dari diet yang bebas lactose yang ketat harus dipertimbangkan. Pertimbangan secara klnik dari dokter harus menentukan tingkatan dimana pengujian awal adalah tepat.
Sekali pengujian telah dilakukan pada tingkat yang tepat untuk situasi klinis, adalah layak untuk pertama mencoba suatu percobaan terapis dari penekanan asam lambung untuk melihat apakah gejala-gejala membaik. Percobaan macam ini mungkin harus melibatkan PPI (proton pump inhibitor) untuk 8 sampai 12 minggu. Jika tidak ada respon yang jelas dari gejala-gejala, opsi-opsinya kemudian adalah untuk menghentikan PPI atau mengkonfirmasikan keefektifannya dalam menekan asam dengan pengujian asam 24 jam. Jika ada pengurangan yang jelas dan substansial dari gejala-gejala dengan PPI, maka keputusan-keputusan perlu dibuatu tentang meneruskan penekanan asam dan obat-obat yang mana yang digunakan.
Pendekatan secara terapi lain adalah untuk menguji infeksi Helicobacter pylori dari lambung (dengan tes-tes darah, napas atau feces) dan untuk merawat pasien-pasien dengan infeksi untuk membasmi infeksi. Adalah mungkin perlu untuk menguji ulang pasien-pasien setelah perawatan untuk membuktikan bahwa perawatan telah secara efektif membasmi infeksi, terutama jika gejala-gejala dyspepsia tetap berlangsung atau bertahan setelah perawatan.
Jika perawatan dengan suatu PPI telah dengan memuaskan menekan asam menurut pengujian ph (atau penekanan asam masih belum diukur) dan namun gejala-gejala masih belum membaik, adalah layak untuk melakukan pengujian lebih jauh seperti digambarkan diatas. Esophago-gastro-duodenoscopy, atau EGD, (dan kemungkinan kolonoskopi) adalah pertimbangan berikutnya, mungkin dengan biopsi-biopsi berkali-kali dari lambung dan duodenum (dan kolon jika kolonoskopi dilakukan). Akhirnya, x-rays usus kecil dan pemeriksaan ultrasound dari kantong empedu mungkin dilakukan. Pemeriksaan ultrasound, CT scan, atau MRI scan perut dapat mengeluarkan penyakit-penyakit bukan pencernaan. Sekali pengujian yang tepat telah diselesaikan, percobaan-percobaan empiris dari obat-obat lain (contohnya, smooth muscle relaxants, obat-obat psikotropik, dan obat-obat promotility) dapat dilakukan. Percobaan empiris dari obat adalah percobaan yang tidak berdasarkan pada pengertian dari penyebab gejala-gejala yang tepat.
Jika semua dari pengujian yang tepat mengungkapkan tidak ada penyakit yang dapat menyebabkan gejala-gejala dan gejala-gejala dyspepsia telah tidak merespon pada perawatan-perawatan empiris, tes-tes lain yang lebih khusus harus dipertimbangkan. Tes-tes ini termasuk pengujian pernapasan hidrogen untuk mendiagnosa pertumbuhan bakteri yang berlebihan dari usus kecil, studi-studi pengosongan lambung, EGG, studi-studi transit usus kecil, dan studi-studi antro-duodenal motility dan barostatic. Studi-studi khusus ini mungkin harus dilakukan di pusat-pusat yang mempunyai pengalaman dan keahlian dalam mendiagnosa dan merawat penyakit-penyakit fungsional.
Masa Depan Untuk Dyspepsia
Masa depan dari dyspepsia akan tergantung pada peningkatan pengetahuan kita tentang proses-proses (mekanisme-mekanisme) yang menyebabkan dyspepsia. Mendapatkan pengetahuan ini, pada gilirannya, tegantung pada pembiayaan penelitian. Karena kesulitan-kesulitan dalam melaksankan penelitian pada dyspepsia, pengetahuan ini tidak akan datang secara cepat. Hingga kita mempunyai pengertian dari mekanisme-mekanisme dyspepsia, perawatan-perawatan lebih baru akan didasarkan pada perkembangan kita atas pengertian yang lebih baik dari kontrol yang normal dari fungsi pencernaan, yang meneruskan lebih cepat. Secara spesifik, ada perhatian yang hebat pada neurotransmitter-neurotransmitter usus kecil, yang adalah bahan-bahan kimia yang digunakan oleh syaraf-syaraf usus kecil untuk saling berkomunikasi. Interaksi-interaksi dari neurotransmitter-neurotransmitter bertanggung jawab untuk penyesuaian fungsi-fungsi dari usus-usus kecil, seperti kontraksi otot-otot dan pengeluaran cairan dan lendir.
5-hydroxytriptamine (5-HT atau serotonin) adalah neurotransmitter yang menstimulasi beberapa receptor-receptor yang berbeda pada syaraf-syaraf dalam usus kecil. Contoh-contoh dari obat-obat percobaan yang mempengaruhi transmisi syaraf (neurotransmission) usus kecil adalah sumatriptan (Imitrex) dan buspirone. Obat-obat ini dipercayai mengurangi kemampuan reaksi (kepekaan) dari syaraf-syaraf sensor pada apa yang sedang terjadi didalam usus kecil dengan melekat pada 5-HT receptor tertentu, 5-HT1 receptor. Obat-obat 5-HT1 receptor, bagaimanapun, telah menerima hanya studi yang minimal sejauh ini dan peran mereka pada perawatan dyspepsia, jika ada, tidak diketahui.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar